Jumat, 11 November 2011

Kesederhanaan,,Kunci Keberhasilan



Kesederhanaan merupakan kunci keberhasilan sebuah kerja panjang. Dengan berpikir serta bekerja secara sederhana, manusia akan mampu menyelesaikan sebuah program hidup jangka panjang yang melelahkan. Hal ini tidak lain kerana kesederhanaan akan melahirkan konsistensi dan keistiqomahan dalam beramal.
Kalau anda mengikuti perkembangan berita nasional beberapa tahun belakangan ini, anda akan menemukan beberapa kasus kapal laut tenggelam di perairan republik tercinta kita. Kalau anda cermati lebih detail, anda akan menemukan fakta bahwa faktor utama terjadinya kasus-kasus tersebut, adalah over load atau kelebihan muatan.

Saat masih berlabuh di dermaga, penanggung jawab perjalanan dengan sengaja menaikan muatan barang melebihi kapasitas, dengan asumsi bahwa perjalanan akan lancar tanpa badai. Namun, di tengah perjalanan ternyata prediksi tadi salah total. Cuaca tiba-tiba berubah menjadi tidak bersahabat dan ombak-ombak ganas pun menerkam kapal tanpa ampun. Kemudian terjadilah peristiwa-peristiwa naas tersebut. Padahal, kalau saja penanggung jawab perjalanan mematuhi aturan kapasitas maksimal tadi, tentu kapal akan bisa bertahan dalam cuaca apapun.

Atau mungkin juga sekali dua kali kapal yang over load berhasil selamat sampai tujuan. Lantas keberhasilan yang sekali dua kali ini membuat penanggung jawab tadi menciptakan standar operasi baru dengan mengacuhkan batas kapasitas angkut maksimum kapal. Namun yang namanya mesin, bila dipaksa kerja di luar batas kemampuan tentu akan berdampak pada menurunya kapabilitas mesin itu sendiri. Dengan kinerja mesin telah menurun, kapal tidak mampu lagi bertahan ketika menghadapi kondisi kritis akibat amukan samudra.

Itulah refleksi kecil tentang pentingnya kesederhanan. Hilangnya sikap sederhana dalam berpikir dan beramal berdampak negatif bagi kelangsungan sebuah pekerjaan. Andai penanggung jawab perjalanan tadi berpikir sederhana, tidak muluk-muluk dan bekerja sesuai dengan batas kemampuan, tentu kelangsungan hidup kapal tadi bisa dipertahankan.

Hal serupa juga berlaku dalam perjalanan religius seorang muslim. Kesederhanaan merupakan unsur vital yang sangat diperlukan guna menjamin kelestarian amal saleh. Laksana kapal laut tadi, jiwa raga manusia memiliki batas kemampuan maksimal dalam beramal. Apabila jiwa raga ini dipaksa beramal diluar kapasitas, nasibnya tidak akan jauh berbeda dengan kapal-kapal tadi. Mungkin saja sekali atau dua kali dia sanggup beramal melebihi batas kapasitas.

Namun itu tidak akan berlangsung  lama, karena fluktuasi (pasang surut) keimanan manusia, perlahan tapi pasti, akan segera mengikis semangatnya.
Berapa banyak kita saksikan seseorang yang dahulu memenuhi hari-harinya dengan segudang aktivitas ibadah, namun tidak lama kemudian amalan itu mati seketika, terhenti, dan seolah tak pernah ada.  Tidak sedikit kita mendapati seorang pelajar (tholibul ‘ilmi) menyibukan diri setiap waktu dengan rentetan aktivitas ilmiah,  tapi sayang semua itu berhenti tiba-tiba tanpa bekas. Atau dai yang memeriahkan hari-harinya dengan sederet kegiatan dakwah, tetapi kemudian hilang, tenggelam, dan nyaris tak terdengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar