“Keberanianmu bukan tumbuh saat kau menjadi pemenang di mata orang.
Tapi keberanian tumbuh saat kau berani melihat dirimu sebagai pecundang di depan cermin.
Keberanianmu tumbuh, mekar, dan berkembang saat kau meneliti rasa takut yang menjalar di seluruh jiwamu.”
Berapa kali kita terjatuh dan berapa kali kita gagal? Berapa kali pula kita terlalu banyak memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut? Tapi suatu ketika, apa yang membuat kita tetap berlari meski jalan terjal dan kerikil tajam terbentang di depan mata? Dan jwabannya adalah sama: Kita masih mempunyai setitik harapan, meski cahaya itu nyaris redup di lubuk hati yang terdalam. Karena kita masih mempunyai sebesit keyakinan meski terkadang rasa itu hamper tenggelam dalam ngarai jiwa.
Kemenangan dan kegagalan adalah dua kata yang sangat dekat. Namun apa jadinya bila setiap orang di dunia selalu menjadi pemenang, tentu dunia ini tidak ada seninya. Bukankah TV lebih enak dilihat bila berwarna??? Itulah hakikat kegagalan. Tidak berani mencoba adalah kegagalan yang sejati. Bila dicoba tetap gagal, anggaplah itu adalah biaya yang harus kita bayar untuk mendapatkan kemenangan.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu sangat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal dia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS 2:216)
Ingatlah kita terlahir di muka bumi ini adalah sebagai pemenang. Setelah melewati beberapa fase dengan mengalahkan ribuan pesaing hingga tercipta kita sebagai hamba yang dapat menghirup udara di muka bumi.
Adalah seorang pecundang yang tidak memiliki harapan dan keyakinan, seorang yang takut untuk bermimpi dan selalu berfikir gagal. Keberhasilan bukan hanya milik seorang yang cerdas dan hebat, melainkan hadir untuk mereka yang berani bermimpi dan merealisasikan mimpi-mimpi mereka. Mencoba dan terus mencoba meski berulang kaliterperosok di jurang kekecewaan.
“Hai manusia sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhan-mu, maka kamu akan menemuinya” (QS. Al-Insyiqoh:6)